Analisis Sosok Pemimpin Yang
Berpengaruh Besar Dalam Keberhasilan Suatu Kebijakan Publik
(guna memenuhi tugas mata kuliah Kebijakan
Publik)
Dosen Pengampu:
Rima Vien PH, SH, MH
Oleh :
DWI YUDIANTO
K 6410020
PROGAM
PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU KEPENDIDIKAN
UNIVERSITAS
SEBELAS MARET
2012
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pemerintah adalah organisasi yang
memiliki kekuasaan untuk membuat dan menerapkan hukum serta undang-undang
di wilayah tertentu.
Pemerintah juga bertugas sebagai peyalur aspirasi rakyat dan bertujuan untuk
mensejahterakan rakyat, karena hal itu merupakan tujuan diselenggarakan
pemerintahan itu. Pemerintah juga memiliki fungsi sebagai pelayan.
Fungsi
pelayanan yang dilakukan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah terletak
pada kewenangan masing-masing. Kewenangan pemerintah pusat mencakup urusan
Pertahanan Keamanan, Agama, Hubungan luar negeri, Moneter dan Peradilan. Secara
umum pelayanan pemerintah mencakup pelayanan publik (Public service) dan
pelayanan sipil (Civil service) yang menghargai kesetaraan.
Dari
fungsi pemerintah tersebut, pasti memiliki sosok leader atau pemimpin
didalamnya sehingga dapat menjadikan tujuan tersebut bisa terlaksana dengan
baik. Pemimpin itu lah yang nantinya akan mengubah pemikiran anggotanya dalam
pemerintahan untuk menjadi sosok pelayan publik, yaitu yang melayani masyrarakat
urusan-urusan publik.
Suatu
daerah yang paling menonjol itu adalah kinerja dari pemerintahan itu sendiri
dibawah kepemimpinan yang akan memberikan kebaikan-kebaikan dalam
berpolitiknya. Jika pemimpinnya itu baik serta progam-progamnya berjalan baik
serta prorakyat, hal itulah yang menjadi dambaan bagi seluruh warga masyrakat
yang menginginkan kesejahteraan.
B.
Rumusan Masalah
Dari
makalah ini, dapat ditarik rumusan masalahnya adalah sebagai berikut;
1. Mengapa
dibutuhkan sosok pemimpin untuk mensukseskan kebijakan publik
2. Menganalisa
kepemimpinan pejabat publik di Indonesia
3. Menganalisa
dampak dan pengaruh terhadap kebijakan publik yang dibuat
C.
Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulis untuk menulis makalah ini yaitu untuk menambah
pengetahuan tentang dunia perpolitikan di Indonesia yaitu tentang suatu cara
untuk memperoleh seorang pemimpin(PEMILU). Pengetahuan ini berguna nantinya
untuk bekal menjalani atau terjun ke dunia politik kedepannya. Yaitu misalnya dengan mencalonkan diri menjadi
kepala daerah di daerahnya sendiri.
Tidak hanya menambah pengetahuan dalam
politik saja tetapi juga akan menambah kemampuan untuk menulis. Dengan makalah
ini penulis akan belajar untuk menulis apa yang difikirkannya sesuai dengan
materi yang diterima pada saat menjalani perkuliahan sebelumnya. Hal ini
diperlukan untuk bekal penulis menulis sebuah skripsi sebagai tugas akhir pada
masa kuliahnya.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Kebijakan Publik
Kebijakan
publik adalah kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh pemerintah sebagai pembuat
kebijakan untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu di masyarakat di mana dalam
penyusunannya melalui berbagai tahapan.
Tahap-tahap
kebijakan publik menurut William Dunn adalah sebagai berikut:
1. Penyusunan
Agenda
Agenda
setting adalah sebuah fase dan proses yang sangat strategis dalam realitas
kebijakan publik. Dalam proses inilah memiliki ruang untuk memaknai apa yang
disebut sebagai masalah publik dan prioritas dalam agenda publik dipertarungkan.
Jika sebuah isu berhasil mendapatkan status sebagai masalah publik, dan
mendapatkan prioritas dalam agenda publik, maka isu tersebut berhak mendapatkan
alokasi sumber daya publik yang lebih daripada isu lain.
Dalam
agenda setting juga sangat penting untuk menentukan suatu isu publik yang akan
diangkat dalam suatu agenda pemerintah. Issue kebijakan (policy issues) sering
disebut juga sebagai masalah kebijakan (policy problem). Policy issues biasanya
muncul karena telah terjadi silang pendapat di antara para aktor mengenai arah
tindakan yang telah atau akan ditempuh, atau pertentangan pandangan mengenai
karakter permasalahan tersebut. Menurut William Dunn (1990), isu kebijakan
merupakan produk atau fungsi dari adanya perdebatan baik tentang rumusan,
rincian, penjelasan maupun penilaian atas suatu masalah tertentu. Namun tidak
semua isu bisa masuk menjadi suatu agenda kebijakan.
Ada
beberapa Kriteria isu yang bisa dijadikan agenda kebijakan publik (Kimber,
1974; Salesbury 1976; Sandbach, 1980; Hogwood dan Gunn, 1986) diantaranya:
a) telah
mencapai titik kritis tertentu ‘x’ jika diabaikan, akan menjadi ancaman yang
serius;
b) telah
mencapai tingkat partikularitas tertentu ‘x’ berdampak dramatis;
c) menyangkut
emosi tertentu dari sudut kepentingan orang banyak(umat manusia) dan mendapat
dukungan media massa;
d) menjangkau
dampak yang amat luas;
e) mempermasalahkan
kekuasaan dan keabsahan dalam masyarakat;
f) menyangkut
suatu persoalan yang fasionable (sulit dijelaskan, tetapi mudah dirasakan
kehadirannya)
Karakteristik
: Para pejabat yang dipilih dan diangkat menempatkan masalah pada agenda
publik. Banyak masalah tidak disentuh sama sekali, sementara lainnya ditunda
untuk waktu lama.
Ilustrasi : Legislator negara dan
kosponsornya menyiapkan rancangan undang-undang mengirimkan
ke Komisi Kesehatan
dan Kesejahteraan untuk dipelajari dan disetujui. Rancangan berhenti di komite
dan tidak terpilih.
Penyusunan
agenda kebijakan seyogianya dilakukan berdasarkan tingkat urgensi dan esensi
kebijakan, juga keterlibatan stakeholder. Sebuah kebijakan tidak boleh
mengaburkan tingkat urgensi, esensi, dan keterlibatan stakeholder.
2. Formulasi
kebijakan
Masalah
yang sudah masuk dalam agenda kebijakan kemudian
dibahas oleh para pembuat kebijakan. Masalah-masalah tadi didefinisikan untuk
kemudian dicari pemecahan masalah yang terbaik. Pemecahan masalah tersebut
berasal dari berbagai alternatif atau pilihan kebijakan yang ada. Sama halnya
dengan perjuangan suatu masalah untuk masuk dalam agenda kebijakan, dalam tahap
perumusan kebijakan masing-masing slternatif bersaing untuk dapat dipilih
sebagai kebijakan yang diambil untuk memecahkan masalah.
3. Adopsi/
Legitimasi Kebijakan
Tujuan
legitimasi adalah untuk memberikan otorisasi pada proses dasar pemerintahan. Jika
tindakan legitimasi dalam suatu masyarakat diatur oleh kedaulatan rakyat, warga
negara akan mengikuti arahan pemerintah. Namun
warga negara harus percaya bahwa tindakan pemerintah yang sah.Mendukung.
Dukungan untuk rezim cenderung berdifusi - cadangan dari sikap baik dan niat
baik terhadap tindakan pemerintah yang membantu anggota mentolerir pemerintahan
disonansi.Legitimasi dapat dikelola melalui manipulasi simbol-simbol tertentu.
Di mana melalui proses ini orang belajar untuk mendukung pemerintah.
4. Penilaian/
Evaluasi Kebijakan
Secara
umum evaluasi kebijakan
dapat dikatakan sebagai kegiatan yang menyangkut estimasi atau penilaian
kebijakan yang mencakup substansi, implementasi dan dampak.
Dalam hal ini, evaluasi dipandang sebagai suatu kegiatan fungsional. Artinya,
evaluasi kebijakan tidak hanya dilakukan pada tahap akhir saja, melainkan
dilakukan dalam seluruh proses kebijakan. Dengan demikian, evaluasi kebijakan
bisa meliputi tahap perumusan masalh-masalah kebijakan, program-program yang
diusulkan untuk menyelesaikan masalah kebijakan, implementasi, maupun tahap
dampak kebijakan.
B. Dibutuhkan
Sosok Pemimpin Untuk Keberhasilan Suatu Kebijakan Publik Terlaksana
Public
governance adalah suatu konsep yang merepresentasikan kemampuan pemerintah
membantu warga masyarakat secara inklusif, tanpa diskriminasi dan memenuhi
kepuasan individual dan kemakmuran material. Salah satu rangkaian untuk
mewujudkan public governance yang sangat fundamental/mendasar adalah
kecapakapan kepemimpinan. Kepemimpinan daerah/negara memegang kendali untuk
menciptakan, memfasilitasi dan menjaga iklim yang kondusif untuk
penyelenggaraan kepublikan untuk kepentingan bersama.
Suatu
kebijakan publik bisa dikatakan berhasil dalam pelaksanaannya apabila kebijakan
tersebut diterima dimasyarakat, dan masyarakat itu mau melaksanakan kebijakan
publik tersebut. Sehingga kebijakan tersebut akan berdampak langsung pada
masyarakat berupa kebaikan untuk masyarakat itu sendiri, misalnya kebijakan
publik kota X yang akan membuat suatu kawasan yang bersih anti asap rokok,
melalui suatu progam dari pemerintah untuk melaksanakan kebijakan tersebut
serta antusias masyarakat dan dukungan masyarakat akan kawasan anti asap rokok
itu. Jadi kebijakan itu akan berhasil, serta keberhasilan tersebut akan
berdampak langsung bagi masyarakatnya.
Keberhasilan
kebijakan itu dilaksanakan di masyarakat, tidak hanya karena masyarakatnya itu
sendiri yang ikut berpartisipasi, tetapi masyarakat itu mau berpartisipasi
karena ajakan atau himbauan dari pemimpin mereka agar mengikuti apa yang
diprogamkan pemerintah melalui kebijakan publik tersebut. Jadi peran pemimpin
untuk keberhasilan suatu kebijakan publik itu sangatlah penting.
Pemimpin
terkadang didefinisikan sebagai orang yang mampu dan memiliki kemampuan
mengatur, mengelola, serta menggiring diri, kelompok, agama, bangsa, atau
bahkan dunia. Tapi, lebih dari itu, pemimpin merupakan sebuah konsep
keteladanan. Ketika setiap orang mampu meneladani apa yang ia lakukan tanpa
sedikitpun rasa keraguan. Ketika tak hanya pengikutnya atau orang-orang
terdekatnya yang mau dan mampu untuk ia rangkul, untuk kemudian meneladani
serta berdecak kagum dengan apa yang ia lakukan. Bahkan, musuhnya sekalipun
mengakui bahwa ia teladan yang baik bagi siapapun.
Dengan
begitu suatu rancangan yang sudah direalisasikan oleh pemerintah, dengan di
berikan kepada masyarakat melalui pendekatan-pendekatan dari pemimpin atau
mungkin kebijakan publik tersebut merupakan gagasan atau ide dari masyarakat,
peran pemimpin dalam mensukseskan hal ini sangat penting, yaitu adalah
memberikan kepercayaan yang lebih dari masyarakat untuk melaksanakan kebijakan
ini, serta agar masyarakat juga ikut melaksnakan, ikut berpartisipasi dalam
keberhasilan kebijakan publik ini.
C. Kepemimpinan
Pejabat Publik di Indonesia dan Dampaknya Serta Pengaruhnya Terhadap Kebijakan
Publik Yang Dibuat
Kepemimpinan adalah
proses memengaruhi atau memberi contoh oleh pemimpin kepada pengikutnya dalam upaya
mencapai tujuan organisasi. Cara alamiah mempelajari
kepemimpinan adalah "melakukannya dalam kerja" dengan praktik seperti
pemagangan pada seorang seniman ahli, pengrajin, atau praktisi. Dalam hubungan
ini sang ahli diharapkan sebagai bagian dari peranya memberikan
pengajaran/instruksi.
Kebanyakan
orang masih cenderung mengatakan bahwa pemimipin yang efektif mempunyai sifat
atau ciri-ciri tertentu yang sangat penting misalnya, kharisma, pandangan ke
depan, daya persuasi, dan intensitas.
Dan memang, apabila kita berpikir tentang pemimpin yang heroik seperti
Napoleon, Washington, Lincoln, Churcill, Sukarno, Jenderal Sudirman, dan
sebagainya kita harus mengakui bahwa sifat-sifat seperti itu melekat pada diri
mereka dan telah mereka manfaatkan untuk mencapai tujuan yang mereka inginkan.
Kapasitas
kepemimpinan nasional pemerintah yang lemah dan menyebabkan masifnya korupsi
ini juga terjadi dalam konteks partai politik sebagai salah satu instrumen
politik di tanah air. Akuntabilitas dalam proses kampanye yang meliputi dana
kampanye, sumbangan individu dan institusi yang pada dasarnya wajib menjadi
informasi publik terbukti susah untuk disampaikan partai politik. Lebih jauh
lagi, proses demokratisasi Indonesia saat ini yang dilakukan melalui pesta
demokrasi, pemilu, juga mengalami tantangan yang cukup berat, yaitu dengan merabaknya
politik uang (money politics) yang selama ini seolah telah menjadi bagian dari
proses pemilihan umum (Pemilu) di Indonesia. Mulai dari pemilihan kepala daerah
secara langsung, pemilihan legislatif, hingga pemilihan presiden, yang beberapa
waktu diadakan di Indonesia, tidak sedikit kasus money politics yang sempat
dibongkar. Namun, dalam memprosesnya kasus-kasus ini, para pihak yang diberikan
wewenang terlihat belum memiliki kekuatan yang cukup. Aturan hukum terindikasi
menjadi salah satu faktor memperlemah kekuatan untuk memproses kasus-kasus
money polics yang kerap terjadi dalam pesta rakyat Indonesia. Kekhawatiran
bahwa money politik akan terjadi lebih parah dalam pesta demokrasi tahun 2009
dibanding tahun 2004, akhirnya terjawab kebenarannya. Selain faktor aturan,
putusan yang dikeluarkan Mahkamah Konstitusi terkait penetapan calon anggota
legislatif berdasarkan jumlah pemilih, menjadi salah satu lubang menyebarkan
money politics itu.
Money
politics terjadi antara lain karena adanya hubungan mutualisme antara
pelaku yang dalam hal ini adalah partai, politisi, ataupun perantara lain, dan
korban, dalam hal ini rakyat secara umum. Bagi politisi, money politics
merupakan media instan yang dengannya suara konstituen dapat dibeli dan
diperoleh dengan mudah. Sebaliknya bagi rakyat, money politics ibarat
bonus rutin di masa pemilu yang lebih riil dirasakan dibandingkan misalnya
realisasi program-program partai atau politisi yang biasanya tidak menyentuh
mereka secara langsung. Dengan kata lain bagi rakyat, money politics adalah
satu-satunya mekanisme politik untuk mendapatkan kemanfaatan atas hak suara
yang mereka berikan.
Hal
ini menggambarkan bagaimana masalah akuntabilitas publik belum menjadi bagian
integral dari kepemimpinan nasional sehingga pemerintahan yang bersih dan
bermartabat sulit diwujudkan di Indonesia, baik di tingkat pusat maupun di
tingkat daerah. Dengan mengacu pada gambaran ini, dapat dirumuskan pokok
permasalahan yaitu bagaimana mengimplementasikan akuntabilitas publik
dalam kebijakan pemerintah untuk menciptakan kepemimpinan nasional yang bersih
sehingga dapat mewujudkan good governance.
Kepemimpinan,
menurut Ott (1996) kepemimpinan adalah proses hubungan antar pribadi yang di
dalamnya seseorang mempengaruhi sikap, kepercayaan, dan khususnya perilaku
orang lain. Sementara itu Locke, et.al. (1991) menjelaskan arti kepemimpinan
sebagai proses membujuk orang lain untuk mengambil langkah menuju suatu sasaran
bersama. Dengan mengacu pada pandangan Locke, et.al. (1991), terdapat tiga
elemen kepemimpinan, yaitu: konsep relasi yaitu bahwa pemimpin yang
efektif harus mampu membangkitkan inspirasi dan berelasi dengan para
pengikutnya. Konsep proses pemimpin harus melakukan sesuatu, mengembangkan
motivasi pengikut secara terus menerus dan mengubah perilaku mereka menjadi
responsif dan konsep pengaruh yaitu pemimpin harus mampu mempengaruhi
orang lain untuk mengambil tindakan dengan berbagai cara: menggunakan otoritas,
menciptakan model(keteladanan), penetapan sasaran, reward and punishment,
restrukturisasi organisasi, dan lain sebagainya.
Untuk
itu, seorang pemimpin dituntut memiliki karakteristik yang kharismatik yang
sebagaimana dijelaskan oleh Burn (1978) dan Bass (1985) antara lain
berkarakter: Percaya diri, memiliki suatu misi ideal masa depan, memiliki
kemampuan mengungkap visi sejelas mungkin, memiliki keyakinan kuat mengenai
visi, berperilaku di luar aturan konvensional, mampu menjadi agen perubahan dan
memiliki kepekaan terhadap lingkungan. Pemimpin yang kharismatik akan mampu
melakukan tugas kepemimpinan secara maksimal dan menjadi pemimpin yang mampu
membawa perubahan bukan melalui janji-janji dan imbalan, tetapi melalui
kekuatan emosional, intelektual, dan pengakuan terhadap kapasitas bawahan.
Kepemimpinan
memerlukan instrument kebijakan publik untuk mengaktualisasi kemampuan
kepemimpinannya mengelola publicness. Kebijakan publik yang baik diharapkan
mampu memfasilitasi munculnya pelayanan publik yang peduli dan berkeadilan bagi
semua kelompok dan golongan warga negara tanpa diskriminatif.
Kepemimpinan,
kebijakan publik dan manajemen publik dilakukan untuk melayani kebutuhan publik
dari warga negara. Perkembangan negara bangsa yang unggul tidak dapat dilepas
dari kualitas warga negara yang unggul. Kewarganegaraan yang paham hak dan
kewajibannya, yang peduli pada harmoni social bangsanya, warga negara yang
memahami persoalan bersama bangsa dan aktif terlibat untuk mengelola asset
ekonomi, social, budaya dan politik menjadi pilar penyangga yang kuat
terwujudnya suara publik.
Pemimpin
kepala daerah bisa disebut juga manajer publik dan manajer pembangunan,
terlebih dalam konteks sistem desentralisasi seperti di Indonesia. Empat faktor yang sangat berpengaruh bagi kinerja pemerintah
lokal menurut Grindle(2007:56), yaitu pemilihan kepala daerah yang kompetitif,
kewirausahaan sektor publik, modernisasi sektor publik serta pengembangan
ruang.
Pemimpin itu berarti harus bisa mempengaruhi orang-orang
untuk mengambil tindakan. Artinya seorang pemimpin harus berusaha mempengaruhi
pengikutnya dengan berbagai cara, seperti menggunakan otoritas yang terlegitimasi, menciptakan
model(teladan), penetapan sasaran, memberi imbalan dan hukuman,
restrukturissasi organisasi, dan mengomunikasikan sebuah visi.
Disini saya mengambil contoh kepala daerah provinsi jawa
timur, yaitu gubernur jatim yang bernama Dr.H. Soekarwo atau
yang akrab disapa Pakde Karwo (lahir 16 Juni 1950 di Madiun, Jawa Timur) adalah
Gubernur Jawa Timur periode jabatan tahun 2009 hingga tahun 2014. Dia dikenal
sebagai sosok birokrat tulen. Pakde Karwo adalah seorang yang sangat visioner.
Hal ini terlihat dari kebijakan-kebijakan yang dia ambil. Ketika Pakde Karwo
menjabat sebagai Kepala Dinas Pendapatan Daerah (Dipenda) Jawa Timur, dia
banyak memberikan gagasan yang saat itu sempat dinilai aneh.
Contohnya
ketika Pakde Karwo memangkas proses pembayaran pajak kendaraan bermotor yang
sebelumnya membutuhkan waktu satu atau dua hari menjadi 5-10 menit. Banyak
kalangan menilai ide itu tidak masuk akal, tetapi kecerdasan Pakde Karwo
meyakinkan bawahannya bahwa itu bisa dilakukan dengan memanfaatkan informasi
teknologi (IT). Gagasan ini akhirnya terlaksana dengan baik.
Gagasan
demi gagasan terus dikembangkan. Terlebih saat dirinya menjabat sebagai
Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Timur. Saat itu, Pakde Karwo melontarkan
gagasan pelayanan publik. Pakde Karwo mengubah perspektif birokrat yang
sebelumnya sebagai pemerintah, menjadi birokrat sebagai pelayan. Pakde Karwo
mulai menggunakan mekanisme mesin atau perbankan untuk memudahkan urusan
administrasi pelayanan.
Pakde
Karwo terpilih sebagai gubernur dalam Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala
Daerah Provinsi Jawa Timur yang diselenggarakan selama tiga putaran (putaran
pertama tanggal 23 Juli 2008 dan putaran kedua tanggal 4 November 2008) serta
pemilihan ulang putaran kedua (putaran ketiga) di Kabupaten Bangkalan dan
Kabupaten Sampang tanggal 21 Januari 2009. Pada tanggal 12 Februari 2009,
Soekarwo dilantik sebagai gubernur dan Saifullah Yusuf sebagai wakil gubernur
Jawa Timur oleh Menteri Dalam Negeri H. Mardiyanto. Sebagai Gubernur Jawa
Timur, Pakde Karwo memegang komitmen mengentas kemiskinan lewat solusi
memberikan fasilitas dan kemudahan di Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM),
serta memberikan fasilitas pada Koperasi.
Untuk
menarik inverstor agar menanamkan modalnya di Jawa Timur, Pakde Karwo telah
melakukan langkah progresif dengan mendirikan Pusat pelayanan Perijinan Terpadu
(P2T), yang memotong jalur birokrasi yang membutuhkan waktu lama menjadi lebih
cepat. Di samping itu, juga disediakan tanah yang siap untuk investor,
memberikan kecukupan listrik, sehingga menjadikan suatu konsep yang berkorelasi
positif antara pengentasan kemiskinan dan memperluas lapangan kerja. Dengan
demikian, Pakde Karwo tetap berpihak pada rakyat miskin namun tetap memberikan
kesempatan pada pengusaha untuk mengembangkan investasinya.
Keberhasilan
pembangunan yang dilaksanakan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Timur (Jatim)
di bawah kepemimpinan Pakde Karwo Gubernur Jatim tidak lepas dari bidang
ekonomi yang semakin meningkat dari tahun ke tahun. Secara umum, pencapaian
indikator kinerja perekonomian Provinsi Jatim sangat baik. Hal ini dilihat dari
pertumbuhan ekonomi Jatim tahun 2011 yang meningkat dari tahun sebelumnya.
Tahun 2011, pertumbuhan ekonomi Jatim mencapai 7,2 persen di atas rata-rata
pertumbuhan ekonomi nasional yang mencapai 6,50 persen, sedangkan tahun 2010
mencapai 6,68 persen.
Selain
pertumbuhan ekonomi yang semakin meningkat, capaian kinerja perekonomian
Provinsi Jatim dapat dilihat dari peroleh besaran angka Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB). Tahun 2008 PDRB Jatim sebesar Rp 621,39 triliun
meningkat menjadi Rp 686,85 triliun (2009), Rp 778,46 triliun (2010), dan Rp.
895,22 triliun (2011). Salah satu komponen PDRB ditentukan oleh konsumsi. Yang
menarik, untuk konsumsi usaha ekonomi produktif sebanyak 80 persen. Selain itu,
realisasi investasi di Jatim 2011 mencapai Rp 110,48 trilun atau meningkat
133,79 persen dibanding 2010. “Pertumbuhan ekonomi di Jatim yang bagus ini
paling inklusif (memberikan kontribusi bagi mayoritas rakyat, red) di
Indonesia,” jelas Pakde Karwo. Keberhasilan ini juga tampak dari penurunan
kemiskinan. Di Indonesia ada penurunan kemiskinan 130.000, ternyata 128.900
(99,15 persen) penurunan kemiskinan terjadi di Jatim. Ini artinya ada proses
industrialisasi, output-nya untuk diekspor, baik luar maupun dalam negeri.
Ekspor
naik 35,18%, berdasarkan data BPS Jatim edisi Februari 2012 secara akumulatif,
nilai ekspor Januari-Desember 2011 mencapai USD 19.029,06 juta atau naik
sebesar 35,18 persen dibanding ekspor periode yang sama tahun 2010 yang
mencapai USD 14.076,48 juta. Ekspor migas Jatim mencapai USD 1.627,84 juta atau
naik 6,05 persen dibanding ekspor migas periode yang sama tahun 2010 yang
mencapai USD 1.534,93 juta. Sedangkan ekspor non migas Jatim mencapai USD
17.401,23 juta atau naik sebesar 38,75 persen dibanding tahun 2010 yang
mencapai USD 12.541,55 juta. Selama 2011, tembaga merupakan komoditas ekspor
non migas terbesar diikuti bahan kimia organik, dan kertas/karton. Sedangkan
negara tujuannya ekspor non migas Jatim 2011 terbesar ke Jepang, kemudian
China, Amerika Serikat, Malaysia, dan Afrika Selatan.
Sedangkan
menurut sektor, ekspor hasil pertanian serta hasil pertambangan dan lainnya
periode Januari-Desember 2011, nilai ekspor hasil pertanian sebesar USD
1.118,24 juta atau naik 17,74 persen, hasil industri sebesar USD 16.243,04 juta
atau naik 40,51 persen dan hasil pertambangan dan lainnya sebesar USD 39,94
juta atau naik 24,17 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.
Kinerja
ekspor Jatim tersebut tidak lepas dari kerja keras dan inovasi para pelaku
usaha dan IKM sebagai pahlawan devisa. Oleh karena itu sebagai bentuk apresiasi
Pemprov Jatim memberikan penghargaan kepada para eksportir yang telah
berprestasi menyumbangkan devisa bagi Jatim sekaligus memberikan kontribusi
terhadap pertumbuhan ekonomi di Jatim.
Tahun
2012, target pertumbuhan ekonomi jatim 7,5%, Gubernur Jatim Dr. H. Soekarwo
menargetkan pada tahun 2012 nanti perekonomian Jatim akan tumbuh 7,5%.
Optimisme itu bukan hanya sekedar target. Tetapi karena Laju Pertumbuhan
Ekonomi (LPE) yang tetap tinggi di tengah hempasan gelombang krisis utang
Eropa. Kondisi itu mengindikasikan pembangunan Jatim melaju cepat pada jalurnya
(on the track). “Sejalan dengan peningkatan investasi, industri pengolahan juga
terindikasi terus melaju dengan kecepatan tumbuh yang semakin besar. Ekspansi
pada industri pengolahan ini sangat membesarkan hati karena akan disertai
penyerapan angkatan kerja di sektor formal” kata Pakde Karwo.
Capaian
pertumbuhan ekonomi Provinsi Jatim 2011 merupakan hasil sinergitas kinerja dari
berbagai program kegiatan pada beberapa subagenda antara lain revitalisasi
pertanian dan pengembangan agroindustri/agrobisnis, kemudian pemberdayaan
koperasi dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), peningkatan investasi,
ekspor, nonmigas dan pedagangan dalam negeri, serta terakhir peningkatan daya
saing industri manufaktur. Dalam rangka meningkatkan akses pasar bagi produk
pertanian dan menekan margin atau selisih harga produk pertanian di tingkat
petani dengan harga di tingkat konsumen, pada bulan Juli 2010 Pemprov Jatim
telah melaunching Pasar Induk Agribisnis Puspa Agro yang berlokasi di Kecamatan
Jemundo, Kabupaten Sidoarjo. Nilai transaksi rata-rata per hari saat ini sekitar
Rp 2,5 miiar dengan jumlah pengunjung rata-rata 7.000 orang/hari dan pada hari
libur bisa mencapai 12.000 orang pengunjung.
Kemudahan
investasi adalah andalan bagi provinsi Jatim. Pemprov Jatim memberikan garansi
atau jaminan pemerintah (government guarantee) yang bisa memudahkan investor
menanamkan modalnya di Jatim. Terdapat empat pokok government guarantee yang
diberikan diantaranya tanah, listrik, pelayanan penanaman modal asing (PMA) dan
tenaga kerja. Persediaan listrik di Jatim ada tambahan 2.100 mega watt.
Pelayanan perizinan PMA yang diberikan pemprov sangat mudah. Pemprov memberikan
fasilitas kemudahan perizinan. Artinya investor tidak perlu lagi harus bersusah
payah mengurus perizinan hingga ke tingkat pemkab dan pemkot. Pemprov yang akan
menjalankan proses perizinan hingga tuntas. Garansi keempat yang ditawarkan
yaitu Pemprov menyediakan tenaga kerja yang profesional dan terlatih sesuai
dengan permintaan investor. Saat ini PMA yang mengajukan proses perizinan naik
sekitar 300% termasuk dari negara Denmark.
“Garansi
kepada investor ini diberikan sebagai wujud komitmen Pemprov Jatim yaitu Clean
Government dalam segala bidang serta memberikan keamanan dan kenyamanan dalam
berinvestasi“ ungkap Pakde Karwo. Tidak hanya bidang ekonomi, efesiensi birokrasi
atau kemudahan juga diberikan dalam pelayanan terhadap masyarakat. Investasi
yang sudah baik itu, menurut Pakde Karwo, karena Pemerintah Kabupaten/Kota
sudah menerapkan pelayanan perizinan satu atap atau Pelayanan Perizinan Terpadu
(P2T). Perizinan P2T untuk PMA cukup 17 hari dan PMDN 11 hari. Semua itu
dilakukan P2T dengan Unit Reaksi Cepat (URC). Dari 38 kabupaten/kota di Jatim,
34 di antaranya sudah menggunakan sistem online. Berdasarkan hasil kinerja
perekonomian, Jatim sudah dalam posisi on the track.
Pakde
Karwo menerima penghargaan Bintang Mahaputera Utama yang dikalungkan langsung
oleh Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) di Istana Negara pada Agustus
2011 lalu. Prestasi ini diberikan kepada Gubernur Jatim, karena dinilai layak,
berhasil, dan memiliki kepedulian dalam pembangunan dan pengembangan koperasi
di Provinsi Jatim. Penghargaan tanda kehormatan Bintang Mahaputera Utama diraih
Pakde Karwo berdasarkan usulan Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Jatim bersama
Gerakan Koperasi se-Jatim yang diajukan ke Menteri Koperasi dan UKM.
Selanjutnya Menteri mengusulkan kepada Presiden RI.
Penghargaan
Bintang Mahaputera Utama ini melengkapi penghargaan yang sebelumnya diperoleh
dari Menteri Koperasi dan UKM yakni penghargaan Paramadhana Utama Nugraha Koperasi
atas kinerja dan jasanya dalam memajukan Koperasi dan UMKM di Jatim. Pakde
Karwo mengatakan, bahwa kehormatan ini sebenarnya diperoleh karena rakyat
Jatim. “Saya berterima kasih kepada masyarakat Jawa Timur, karena merekalah
saya mendapat kesempatan memperoleh penghormatan yang besar ini,” katanya.
Menurutnya, masyarakat Jatim memberi andil besar kepada saya. “Masyarakat Jawa
Timur yang dewasa dan guyub inilah yang memberi peluang kepada kita untuk
kreatif dan inovatif sehingga kerjanya jadi enak dan lancar,” lanjut pakde.
Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK) memberikan opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) pada
laporan keuangan Pemprov Jatim. Opini WTP adalah penilaian laporan keuangan
terbaik. Hal itu sesuai dengan Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) BPK RI atas
Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Timur nomor
34.A/LHP/XVIII.JATIM/06/2011 tanggal 23 Juni 2011. Opini tersebut menandakan
bahwa Pemprov Jatim telah melakukan upaya perbaikan kinerja pengelola keuangan
dengan baik melalui program peningkatan kapasitas aparatur khususnya aparatur
pengelola keuangan maupun melalui upaya perbaikan sistem dan kebijakan
akuntansi di lingkungan Pemprov Jatim. Atas kinerja laporan keuangan Pemprov
Jatim, Wakil Presiden Republik Indonesia Prof. Boediono memberikan penghargaan
kepada Gubernur Jawa Timur Dr. H. Soekarwo pada saat Rapat Kerja Nasional
Akuntansi 2011, di gedung Dhanapala Kementerian Keuangan, Jakarta pada 19
September lalu. Predikat ini menjadi sebuah prestasi sekaligus tanggung jawab
yang terus dilakukan dan dipertahankan. “Predikat ini tidak menjadi
kesombongan, namun diharapkan terus melakukan pembenahan terhadap pembukuan dan
keuangan agar menjadi lebih baik,” ujar Gubernur Jawa Timur. Atas prestasi yang
diperoleh Pemprov Jatim, Pakde Karwo menyampaikan terima kasih kepada seluruh
masyarakat Jawa Timur, Lembaga Sosial Masyarakat (LSM), Perguruan Tinggi, Tokoh
Masyarakat (Tomas) dan sebagainya yang telah bekerja sama dalam melakukan
pengawasan dan kontrol pada Pemprov. Sehingga kinerja Pemprov menjadi lebih
hati-hati dalam melakukan pengelolaan keuangan.
Berikut
ini adalah “Tabel Penghargaan Keberhasilan Dalam Pembangunan Ekonomi”
A. BIDANG
PERTANIAN
Penghargaan di tingkat
nasional, berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia nomor:
4294/KPTS/KP.450/12/2011 tanggal 2 Desember 2011, tentang Penghargaan Ketahanan
Pangan Tingkat Nasional Kategori Petani, Kelompok Tani, Penyuluh, Aparat
menurut Eselon I lingkup Kementerian Pertanian.
B. BIDANG
KELAUTAN DAN PERIKANAN
-
Juara I Kelompok Pembudidaya Lele Mina
Sari Tulungagung.
-
Juara I Kelompok Pembudidaya Rumput Laut
Mitra Bahari Pamekasan.
-
Juara I Kelompok Pembudidaya Udang Eco
Shrimp Sidoarjo.
-
Juara II Kelompok Pembudidaya Ikan Hias
Mina Asri Tulungagung.
-
Juara II Kinerja Kelembagaan UPP
Pembudidaya Ikan Trenggalek.
-
Juara II Kinerja Kelembagaan UPP UPBAT
Kepanjen Malang.
-
Juara Nasional Gemar ikan Kategori Peran
Aktif Pemerintah ( Pemprov. Jatim).
-
Juara Nasional Gemarikan Kategori
Forikan Jatim.
-
Juara I Nasional Pemuda Pelopor UKM
(Kota Surabaya).
-
Juara II Nasional Inovasi Teknologi
Olahan (Magetan).
-
Unit Pengolahan Ikan (UPI) Terbaik Skala
Besar Tingkat Nasional Untuk PT. Bumi Menara Internusa Surabaya dan PT. Mega
Pride Pasuruan.
-
Juara II Nelayan Teladan An. Khwan Arif
Desa Bangsring Kecamatan Wongsorejo Kabupaten Banyuwangi.
-
Juara II Pelaksanaan Pelelangan Ikan
Teladan TPI Tamper Desa Tamperan Kecamatan Tamperan Kabupaten Pacitan.
surabayapostonline
Dari
keberhasilan tersbut dapat dilihat bermula dari pemimpinnya. Seorang pemimpin
yang berani mengambil tindakan yang sudah didasarkan pemikiran cerdasnya untuk
mengibah sesuatu untuk kearah memudahkan masyarakat, mensejahterakan
masyarakat, maka masyarakat juga akan lebih antusias serta ikut berpartisipasi
dengan berbagai kebijakannya yang dibuat.
Pengaruh
dari suatu kebijakan yang diterapkan oleh pakde Karwo yaitu misalnya pada waktu
sebelum menjadi gubernur yang memangkas waktu pembayaran pajak kendaraan
bermotor itu menjadi dalam hitungan menit, membuat masyarakat lebih berantusias
untuk membayar pajak kendaraannya sendiri. Tidak ada pemikiran yang jika
membayar pajak lama, karena birokrasinya yang buruk, banyak waktu terbuang
sia-sia hanya untuk menunggunya saja, semua hal tersebut sudah terhapuskan oleh
sistem yang direncanakan dan dilaksanakan dibawah kepemimpinan Soekarwo.
Ketegasan
pakde dalam memimpin, walaupun kepiawaian dalam berbicaranya kalah dengan
wakilnya yaitu Gus Ipul(Saifullah Yusuf) karena beliau adalah lulusan pondok
dan juga penceramah/kyai, tetapi dalam kebijaksanaannya dalam mengambil keputusan
sangat berwibawa dan tegas. Tetapi juga mempunyai sisi yang berbeda untuk
pendapatnmya tentang merokok. Hal itu yang menyebabkan kawasan bebas rokok di
Surabaya masih sedikit sekali, tidak bisa berkembang luas, Karena pakde sendiri
juga seorang perokok serta alasan yang paling kuat dari beliau waktu berpidato
di Ponorogo waktu menghadiri acara Grebeg Suro dan Festifal Reog Nasional 2012
kemarin, beliau menyebutkan bahwa pendapatan APBD provinsi Jatim yang sebagian
banyak itu berasal dari perusahaan rokok/tembakau, serta jika rokok itu
diharamkan, berapa ribu pegawai/buruh/pekerja yang akan di PHK, dan ada
perkataan beliau yang sangat menarik sekali bahwasannya rook itu tidak membuat
penyakit seperti pada bawah bungkus rokok itu, tetapi yang membuat penyakit itu
adalah membeli rokok membutuhkan uang, dan keadaan yang tidak punya uang itu
yang menyebabkan penyakit-penyakit masuk dalam tubuh kita.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pemimpin
didefinisikan sebagai orang yang mampu dan memiliki kemampuan mengatur,
mengelola, serta menggiring diri, kelompok, agama, bangsa, atau bahkan dunia.
Tapi, lebih dari itu, pemimpin merupakan sebuah konsep keteladanan. Ketika
setiap orang mampu meneladani apa yang ia lakukan tanpa sedikitpun rasa
keraguan. Ketika tak hanya pengikutnya atau orang-orang terdekatnya yang mau
dan mampu untuk ia rangkul, untuk kemudian meneladani serta berdecak kagum
dengan apa yang ia lakukan. Bahkan, musuhnya sekalipun mengakui bahwa ia
teladan yang baik bagi siapapun.
Kepemimpinan adalah
proses memengaruhi atau memberi contoh oleh pemimpin kepada pengikutnya dalam upaya
mencapai tujuan organisasi. Cara alamiah mempelajari
kepemimpinan adalah "melakukannya dalam kerja" dengan praktik seperti
pemagangan pada seorang seniman ahli, pengrajin, atau praktisi. Dalam hubungan
ini sang ahli diharapkan sebagai bagian dari peranya memberikan
pengajaran/instruksi.
Kepemimpinan
memerlukan instrument kebijakan publik untuk mengaktualisasi kemampuan
kepemimpinannya mengelola publicness. Kebijakan publik yang baik diharapkan
mampu memfasilitasi munculnya pelayanan publik yang peduli dan berkeadilan bagi
semua kelompok dan golongan warga negara tanpa diskriminatif.
Kepemimpinan,
kebijakan publik dan manajemen publik dilakukan untuk melayani kebutuhan publik
dari warga negara. Perkembangan negara bangsa yang unggul tidak dapat dilepas
dari kualitas warga negara yang unggul. Kewarganegaraan yang paham hak dan
kewajibannya, yang peduli pada harmoni sosial bangsanya, warga negara yang
memahami persoalan bersama bangsa dan aktif terlibat untuk mengelola asset
ekonomi, social, budaya dan politik menjadi pilar penyangga yang kuat
terwujudnya suara publik.
B. Saran
Keberhasilan
seorang pemimpin harus dilandasi motivasi yang tinggi untuk bisa mewujudkan apa
yang diharapkan serta doa yang mampu melancarkan segala perbuatan yang akan
dilaksanakan. Menjadi pemimpin haruslah dilandasi oleh agama karena nilai-nilai
yang terkandung dalam agama adalah nilai-nilai yang fundamental/sangat mendasar
untuk dijadikan pedoman hidup. Jadi kita jika memilih pemimpin, harus tahu akan
kelayakannya sebagai pemimpin. Jika mereka memisahkan antara agama dan politik
maka kita seharusnya tidak akan memilihnya karena itu sangat tidak sesuai
dengan pribadi bangsa Indonesia yang di dasar negara juga sudah tercantum dalam
sila satu pancasila “Ketuhanan Yang Maha Esa” itu yang memberikan dasar bahwa
negara Indonesia harus berakhlak, bermoral, walaupun berbeda-beda keyakinan
tetapi tetap satu pendirian.
DAFTAR PUSTAKA
Buku
·
Rutiana, dkk,
2012. Public Governance, Surakarta:
UNS Press
·
Subarsono, 2011.
Analisis Kebijakan Publik, Yogyakarta:
PUSTAKA BELAJAR
·
Subarsono, AG,
2003. Kebijakan publik dalam perspektif teoritis, Yogyakarta: PUSTAKA BELAJAR
·
Hamid, Edy
Suandi, 2006. Ekonomi Indonesia: dari Sentralisasi Menuju
Desentralisasi, Yogyakarta: UII Press.
·
Lemhannas RI,
2009. Modul 1 Kepemimpinan Nasional. Bahan Ajar PPSA XVI 2009.
·
Surbakti,
Ramlan, 2007. Memahami Ilmu Politik, Jakarta: Grasindo.
Koran dan Internet
·
“Profil Soekarwo / Pakde Karwo” Merdeka.com, Selasa, 16 Januari
2009
·
“penghargaan kinerja pemerintahan
jatim”, www.ditjen-otda.depdagri.go.id
·
“surat terbuka untuk pakde, sahabat yang
kini menjadi gubernur jatim”, Koran SurabayaPagi, Selasa, 4 Oktober 2011
·
“Pemerintahan dan Kebijakan Publik”, Wikipedia, 14 November 2012
·
“Tiga Tahun Kepemimpinan Pakde Karwo dan
Gus Ipul”, bappeda.jatimprov.go.id
·
“Dewan Apresiasi Kinerja Pakde Karwo”
,
beritajatim.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar